Buku ini
memperkenal kepada para pembaca berbagai teori sosial kritis, yamg dikaji dari
sumber aslinya maupun dari berbagai sumber sekunder. Perkembangan cepat dalam
literatur sekunder teori sosial menunjukkan adanya peningkatan minat dalam
teori kritis, baik di dalam maupun di luar sosiologi. Buku ini mempersembahkan
berbagai varian teori sosial kritis terbaru sperti, Mazhab Frankfurt,
teori-teori Feminis, Cultural Studies dan sebagainya. Teori-teori ini berkembang
cepat meskipun kadang-kadang sangat kontroversial. Buku ini juga menguraikan
sekaligus melawan kritik bahwa teori sosial kritik telah berakhir. Di dalamnya
terdapat argumen bagi berlanjutnya lelayakan teori sosial, khusunya pada zaman
posmodernisme.
Teoritis Mazhab
Frankfurt yang dulu dinamakan Institute for Social Research (Institut
Penelitian Sosial), dibangun pada tahun 1923. Mengembangkan satu versi penting
Neo-Marxisme yang disebut teori kritis. Theodor Adorno, Herbert Mercuse, Max
Horkhmeir serta mahsiswa Adorno dan Horkhmeir Jurgen Habermas membuat revisi
canggih atas teori asli Marx, melalui rekonstruksi filosofis dan psikoanalisis
Marxisme. Mereka berkarya dalam semangat menjaga warisan Marxis, di atas semua
kritik atas alienasi. Meskipun mereka mengidentifikasi mereka sendiri sebagai
Marxis, dengan standar Marxisme dan determinasi Marxis ortodoks, namun mereka
menghianati Marxisme asli dengan terlalu jauh mengakulturasi ke teori estetika.
Rumusan ulang Marxisme
Adorno, Horkhmeir dan Mercuse berisi dua elemen krusial: mereka menawarkan satu
analisis penting dialektika pencerahan (Horkhmeir & Adorno, 1972) untuk
menjelaskan positivisme telah menjadi mitologi, dan mereka menawarkan konsep
industri budaya (Horkhmeir & Adorno, 1972) untuk menjelaskan aspek ideologis
dan meliputi kultural (yang disebut Mercuse (1964) dengan “kesatuan satu
dimensi” dan Adorno (1970) “administrasi total” ). Ide ini di eksplorasi Ben
sebelum menyimpulkan rumusan ulang asli Marxisme teoritis Frankfurt. Meskipun
Habermas membangun berdasarkan pandangan Horkhmeir, Adorno dan Mercuse, dalam
hal-hal kritis dia membedakan dirinya dari mereka, dengan mengacu pada kedua
teori sosial mainstream dan ilmu sosial dengan cara yg tidak mereka lakukan dan
merekonstruksi teori sosial kritis dalam istilah yang lebih mendasar
dibandingkan dengan gurunya.
Horkhmeir dan Adorno (Hork Ador) dalam Dialectics of Enlightenment (1972) (Dialektika Pencerahan) mengkritik semua teori modernitas termasuk teori Marx, atas ketidak peduliannya pada isu yang mereka sebut dominasi. Dalam hal ini, mereka menyatakan bahwa teori kritis mereka sendiri lebih merupakan kritiknya kepada kapitalisme. Dominasi menurut Hork Ador, mengacu kepada kegemaran masyarakat Barat melihat dunia, termasuk alam, sebagai objek yang harus dikuasai bagi kemanfaatan manusia. Meskipun Hork Ador secara jelas mengakui adanya kebutuhan makanan, pertanian dan industri bagi teknologi secara umum mereka membedakan penguasa alam dengan dominasi astasnya. Sejak zaman Yunani kuno (dan mereka menggunakan tulisan Homer Odyssey sebagai contoh yang relevan) manusia berusaha mengatasi kekuatan mereka dengan menaklukkan berbagai elemen di luar mereka, termasuk alam, perempuan, anggota kelompok minoritas, dan yang disebut dengan masyarakat primitif.
Horkhmeir dan Adorno (Hork Ador) dalam Dialectics of Enlightenment (1972) (Dialektika Pencerahan) mengkritik semua teori modernitas termasuk teori Marx, atas ketidak peduliannya pada isu yang mereka sebut dominasi. Dalam hal ini, mereka menyatakan bahwa teori kritis mereka sendiri lebih merupakan kritiknya kepada kapitalisme. Dominasi menurut Hork Ador, mengacu kepada kegemaran masyarakat Barat melihat dunia, termasuk alam, sebagai objek yang harus dikuasai bagi kemanfaatan manusia. Meskipun Hork Ador secara jelas mengakui adanya kebutuhan makanan, pertanian dan industri bagi teknologi secara umum mereka membedakan penguasa alam dengan dominasi astasnya. Sejak zaman Yunani kuno (dan mereka menggunakan tulisan Homer Odyssey sebagai contoh yang relevan) manusia berusaha mengatasi kekuatan mereka dengan menaklukkan berbagai elemen di luar mereka, termasuk alam, perempuan, anggota kelompok minoritas, dan yang disebut dengan masyarakat primitif.
Mazhab Frankfurt,
mengemukakan prinsip dasar peradaban Barat yang di dalamnya kritik khusus Marx
tentang alienasi dapat ditempatkan: dominasi pada kapitalisme akhir dapat
dilacak dari ide Yunani awal tentang bagaimana orang (subjek) dapat menguasai
dunia (objek). Namun teori kritis juga mengemukakan sumber dominasi. Dalam
Dialectic of Enlightenment, Hork Ador mengembangkan konsep industri budaya,
yang mereka elaborasi dalam karya empirik dan teoritik. Dalam konsep industri
budaya, mereka mengacu kepada cara di mana hiburan dan media massa menjadi
industri pada kapitalisme pasca Perang Dunia II dalam mensirkulasi komoditas
budaya maupun dalam memanipulasi kesadaran manusia.
Teori feminis banyak
berkonstribusi bagi perkembangan teori kritis. Betty Friedan (The Feminine Mystique) berpandangan bahwa
masalah perempuan semakin tidak terungkap, teori feminis menyuarakan isu yang
sebagian diabaikan oleh teoritis laki-laki. Membaca dalam satu buku teori feminis
yang hampir sepenuhnya di isi oleh laki-laki merupakan hal yang kontroversial,
karena adanya kritik teori feminis yang tidak pandang bulu atas teori dan
pengetahuan “malestream”. Feminis mengkonsepsikan patriarki sebagai masalah
struktural bagi perempuan yang secara umum telah diabaikan oleh sebagian
teoritis laki-laki, yang menempatkan dominasi dalam isu politik dan ekonomi
yang darinya perempuan telah banyak disingkirkan. Poin penting pernyataan
antara feminis dan Marxis telah menjadi isu hubungan antara patriarki dan
kapitalisme.
Feminis Liberal
menyatakan bahwa laki-laki dapat dinalar, diyakinkan untuk memikul beban lebih
banyak dalam merawat anak dan kerja domestik dalam satu pembagian peran di
dalam perkawinan. Namun beberapa studi menunjukkan bahwa suami lebih marah
manakala istri mereka mengharapkan mereka lebih banyak melakukan pekerjaan
rumah. Ini artinya suami memiliki kepentingan politis dalam membangun satu
pembagian kerja yang tidak seimbang. Terdapat konflik yang lebih pada pasangan
dengan kesetaraan perkawinan yang lebih besar dalam hal ini dibandingkan pada
pasangan dengan pembagian kerja rumah tangga tradisional. Dengan sendirinya
tidak ada alasan bagi istri untuk menuntut suami mereka lebih dari
pekerjaannya, perubahan sering merupakan satu hal yang sangat sulit. Namun
feminis liberal berasumsi bahwa negosiasi secara tradisional yang dilakukakan
perempuan kepada suaminya dalam konteks keluarga akan memberikan banyak
keuntungan bagi perempuan. Ini menafikan kemungkinan bahwa laki-laki memiliki
kepentingan struktural dalam menindas perempuan dan menolak lebih banyak
alternatif radikal semacam penolakan perkawinan secara keseluruhan.
Cultural studies
sebagai mode teori sosial kritis berasal dari kerangka Marxis dan Neo-Marxis
dalam menganalisis budaya, elit maupun populer, sebagai satu metode ideologi.
Ini tidak berarti bahwa Ben menerima reduksi mekanistik ideologi kultural pada
basis ekonomi kapitalisme sehingga budaya semata-mata merupakan refleksi dan
perluasan dari basis tersebut. Berangkat dari teosi sosial kritis Marxis di
sini Ben melihat bahwa mode cultural studies banyak berkonstribusi pada
penteorian sosial. Marx & Engels dalam buku German Ideology mencatat bahwa
“ide yang berkuasa adalah ide kelas yang berkuasa” artinya ideologi
mayoritaslah yang akan berkuasa. Meskipun tidak ada Marxis yang setuju dengan
pernyataan Marx & Engels bahwa ideologi “status quo” kapitalis, tapi teori
budaya Marxis, khususnya Mazhab Frankfurt memandang kebudayaan sebagai fenomena
yang lebih independen dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh Marx &
Engels. Budaya bukan semata-mata representasi sistem ekonomi namun benar-benar
tampak beroperasi secara independen dari ekonomi. Dengan beberapa pernyataan di
atas Ben lebih cenderung dengan pernyataan Mazhab Frankfurt yang mengkritik
pernyataan Marx & Engels, yang berarti bahwa Ben sendiri telah berhianat.
Di satu sisi, teoritis
budaya Marxis menganalisis dan mengkritik ideologi seperti agama. Mereka setuju
dengan Marx bahwa banyak sistem kepercayaan itu membantu menginterpretasikan
sistem ekonomi dan sosial saat ini dengan di kehidupan setelah mati dan bahwa
sistem ekonomi kapitalis bersifat rasional dan adil. Mengutip lagu John Lennon
(Working Class Hero, 1970) yang dalam salah satu liriknya mengatakan “mereka
akan meracunimu dengan agama” disini kita dapat melihat dalam kutipan lagunya
bahwa agama tidak lepasnya adalah candu yang meneruskan pemikiran Karl Marx. Di lain sisi teoritis budaya Marxis
menolak pandangan bahwa ideologi semata-mata satu refleksi, cerminan dan
representasi ekonomi yang dimuntahkan oleh ekonomi hanya sebagai sistem simbol
kepalsuan.
Dalam hal ini, teori
budaya Marxis, yang mengawali gerakan cultural studies, merumuskan ulang konsep
Marxis tentang ideologi. Marx memahami ideologi sebagai sistem mistifikasi yang
membingungkan, mendistorsi realitas, mempropagandakan kepalsuan seperti klaim
bahwa ketika orang mati mereka akan ke surga; teoritis budaya Marxis,
sebaliknya berpandangan bahwa ideologi menjadi sistem ide, konsep dan
representasi yang lebih kompleks dan tak terpatahkan, yang langsung menutup
pintu bagi perubahan sosial radikal dan membuka pintu bagi prestasi individu.
Referensi : Ben Agger : Teori Sosial Kritik
John Lennon, Plastic Ono Band (1970) : Working Class Hero
Tidak ada komentar:
Posting Komentar